Malahayati mulai berdenyut

EMPAT truk silih berganti menurunkan tanah di atas dermaga Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Aceh Besar. Dari langit, gerimis turun perlahan membasahi tanah.

Di tepi dermaga, satu kapal berbadan besar, MV Hyrondek, yang mengangkut kontainer telah bersandar dan siap menurunkan kontainer. Gundukan tanah tadi akan digunakan sebagai pijakan crane untuk mengangkat kontainer dari dalam kapal.

Di antara lalu-lalang truk, para pekerja menyusun goni berisi pasir. Goni disusun beraturan agar crane dan peti kemas dapat diangkat keluar kapal. “Gundukan ini nanti akan dilalui crane itu,” ujar seorang pekerja sambil menunjuk ke arah kapal, Rabu dua pekan lalu.

Hyrondex  membawa 70 kontainer dan satu unit mobile crane. Kapal milik PT Alkan Abadi itu lego jangkar sehari sebelumnya. Dari 70 kontainer, 30 di antaranya berisi bahan makanan dan minuman. “Ada tepung, susu, dan beberapa jenis makanan dan minuman lainnya,” ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Safwan.

Berdasarkan rencana, PT Alkan Abadi akan mengoperasikan dua kapal untuk melayani pelayaran Jakarta-Malahayati. Dalam sebulan, pelayaran dilakukan tiga kali. “Ini hasil dari MoU beberapa waktu lalu. Pelabuhan Malahayati kini telah berfungsi dan dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha,” ujar Safwan.

Dia meminta pengusaha Aceh menggunakan jasa pelabuhan untuk pengembangan bisnis. Dengan adanya pengangkutan barang ini, logistik cost dapat ditekan sampai 30 persen sehingga harga bahan kebutuhan makanan yang dijual di pasar lebih murah. “Pengusaha tidak perlu ragu lagi, Pelabuhan Malahayati kini siap melayani pengangkutan peti kemas.”

***

KEPALA Cabang Pelindo I Malahayati I Wayan Irawan mengatakan aktivitas perdana untuk pelayaran perintis dari dan ke Malahayati sudah dimulai sejak Selasa, 2 Juli 2013. MV Hyrondex, kata Wayan, membawa satu unit mobile crane berkapasitas 180 ton yang didatangkan dari Balikpapan, Kalimantan Timur.

“Kalau sekarang aktivitas di pelabuhan sudah masuk kepada dimuatnya semen milik PT Lafarge,” ujar Wayan kepada The Atjeh Times, Jumat pekan lalu. PT Lafarge adalah perusahaan penghasil semen yang berlokasi di Lhoknga, Aceh Besar.

Dari Jakarta, kata Wayan, kapal pengangkut peti kemas milik PT Alkan Abadi akan membawa bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya, sedangkan dari Aceh, kapal akan membawa semen PT Lafarge. “Jadi dari Aceh yang baru ada untuk dikargokan itu semen. Nah, kalau kuota kargo ini sudah terpenuhi, tidak tertutup kemungkinan aktivitas kapal bisa sebulan empat kali,” ujarnya.

Dengan aktifnya Malahayati, Wayan berharap Pemerintah Aceh dapat membuat beberapa regulasi terkait promosi pelabuhan kepada perusahaan dan pebisnis di Aceh untuk dapat beraktivitas melalui Krueng Raya.

“Agar ini berdenyut, dukungan semua pihak sangat diperlukan, khususnya kalangan pengusaha yang selama ini ada di Aceh. Dengan memakai moda transportasi laut dari dan ke Malahayati cost akan lebih rendah,” ujarnya.

Terkait jumlah kapal, kata Wayan, para pengusaha tak perlu takut. Selama kuota kargo dari Aceh terpenuhi, PT Pelindo I bersama dengan PT Alkan Abadi siap mendatangkan kapal pengangkut yang baru. Oleh sebab itu, pada masa perintisan ini Wayan berharap semua pihak mendorong kemajuan Pelabuhan Malahayati.

Akan ada banyak manfaat ketika aktivitas Malahayati berjalan sempurna. Kata dia, ekonomi Aceh semakin membaik dan harga kebutuhan bahan pokok makanan lebih murah. “Selama ini, barang-barang yang keluar masuk Aceh dibawa lewat Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara. Barang-barang berkumpul di sana sehingga saat dipasok terjadi disparitas (perbedaan) harga. Nah sekarang, cost tersebut sudah dapat ditekan dengan adanya aktivitas di Malahayati.”

***

DIREKTUR Utama Pelindo I Alfred Natsir beberapa waktu lalu bahkan telah mengkaji rute angkutan peti kemas Malahayati-Jakarta. Dalam kajiannya rute pulang pergi dari dan ke Malahayati bisa menghemat bahan bakar minyak karena biaya angkutan lebih murah. Perbandingannya, bila kontainer diangkut dengan truk dari Jakarta menuju Banda Aceh, dibutuhkan waktu empat hari dan biaya mencapai Rp17 juta lebih.

Selain itu, dengan angkutan kapal dari Jakarta menuju Belawan terlebih dulu, kemudian dari Belawan ke Banda Aceh dengan truk perlu waktu enam hari dan biaya Rp13 juta lebih. Sedangkan dengan kapal dari Jakarta menuju Malahayati, waktu yang dibutuhkan hanya empat hari dengan biaya Rp10 juta.
Keunggulan lain konsumsi bahan bakar.

Dengan kapal 500 Teus, kata Alfred, pemakaian bahan bakar mencapai 15 ton sehari. Jika dikalikan empat hari perjalanan, jumlah BBM yang dibutuhkan 60 ton. Ditambah 7 ton BBM untuk alat angkut, total kebutuhan bahan bakar hanya 67 ton.

Namun bila memakai truk, jumlah BBM yang dibutuhkan mencapai 360 ton. Itu belum ditambah dengan BBM yang dibutuhkan saat penyeberangan melalui Pelabuhan Merak-Bakahuni sebanyak 40 ton sehingga total BBM dengan truk mencapai 400 ton.[]

See more at: http://www.atjehpost.com/read/2013/07/16/59367/0/2/Malahayati-mulai-berdenyut#sthash.bDR0Za83.dpuf